
Oleh: Hanifa Zahra
Dalam pusaran zaman yang terus berubah, tantangan kemanusiaan semakin kompleks.
Kehadiran gerakan intelektual yang responsif dan solutif menjadi kebutuhan yang mendesak.
Buku IMM untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi karya Amirullah hadir sebagai jawaban atas
tantangan tersebut, dengan menyoroti peran strategis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam
membangun peradaban melalui jalan intelektual dan sosial.
Nalar sebagai Titik Awal Gerakan
IMM didirikan bukan sekadar sebagai organisasi mahasiswa, tetapi sebagai gerakan
kader yang berlandaskan pada tiga pilar utama: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Buku
ini menegaskan bahwa “nalar” atau pemikiran kritis adalah fondasi awal dari seluruh gerak
IMM. Dengan menempatkan akal sebagai instrumen untuk memahami realitas, IMM
mengembangkan tradisi intelektual sebagai bagian dari ikhtiar membumikan nilai-nilai Islam
dalam konteks kekinian.
Melalui berbagai forum diskusi, kajian filsafat, dan pelatihan kepemimpinan, IMM
membangun kesadaran intelektual kadernya agar mampu menganalisis persoalan sosial secara
komprehensif. Buku ini menggarisbawahi pentingnya “ijtihad keilmuan” sebagai bentuk
aktualisasi iman dalam dunia modern.
Aksi: Intelektualitas yang Membumi
Amirullah menekankan bahwa pemikiran harus bermuara pada aksi nyata. IMM tidak
hanya berkutat dalam diskusi, tetapi hadir di tengah masyarakat sebagai pelaku perubahan.
Melalui aksi kemanusiaan, advokasi, kegiatan sosial, hingga keterlibatan dalam dinamika
kebijakan publik, IMM berperan aktif mengartikulasikan gagasan-gagasan progresif menjadi
gerakan. kemanusiaan bukan hanya nilai yang dijunjung, tetapi medan tempur nyata yang
membutuhkan keberanian, konsistensi, dan strategi. Dalam pandangan IMM, kemanusiaan
adalah panggilan aksi tempat nalar diuji dalam kenyataan.
IMM Terhadap Tantangan Zaman
Dalam buku ini, Amirullah juga menyinggung tantangan besar yang dihadapi IMM di era
digital dan globalisasi. Tantangan tersebut meliputi degradasi moral, apatisme intelektual, dan
derasnya arus pragmatisme dalam kehidupan mahasiswa. Oleh karena itu, IMM perlu
memperkuat kapasitas kader dalam memahami isu-isu global seperti krisis lingkungan,
ketimpangan sosial, serta diskriminasi berbasis gender dan agama.
IMM harus menjelma sebagai gerakan alternatif yang mampu menyeimbangkan
idealisme dan realitas. Inilah esensi “dari nalar ke aksi”: menjembatani antara pemikiran yang
kritis dengan kerja-kerja sosial yang konkret.
Penutup: Membumikan Islam Berkemajuan
Buku ini adalah panggilan untuk para aktivis IMM dan generasi muda Indonesia agar
terus berkontribusi bagi kemanusiaan dengan pendekatan keilmuan dan spiritualitas. Dalam
semangat Islam berkemajuan, IMM diharapkan mampu menjaga tradisi intelektual sekaligus
menjadi pionir dalam menghadirkan perubahan sosial yang adil dan inklusif.
Amirullah tidak hanya menulis untuk dibaca, tetapi juga untuk menggerakkan. IMM
untuk Kemanusiaan adalah refleksi sekaligus manifestasi dari semangat gerakan yang berpihak
kepada rakyat, berpijak pada ilmu, dan bersandar pada nilai-nilai Ilahiah.